Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 02 Maret 2013

Profesi Unik, Menangis di Acara Pemakaman


Hanya menangis dengan keras di acara pemakaman, wanita ini akan mendapatkan uang. Bagaimana caranya dan apa tujuannya? 

Liu Jun Lin, wanita berumur 30 tahun ini bisa dibilang memiliki profesi yang unik. Menangis di acara pemakaman  orang yang bahkan tak ia kenal sekalipun. Karena di Taiwan memiliki sebuah tradisi untuk menangis di acara kematian, karena orang yang meninggal membutuhkan tangisan keras dari para pelayat dan keluarga untuk menyeberang dengan lancar ke kehidupan berikutnya.


Liu Jun Lin sudah menekuni profesi ini sejak ia berumur 11 tahun, saat itu kedua orang tuanya telah meninggal dan kemudian ia harus diasuh oleh neneknya bersama dua saudaranya. Neneknya terpaksa menarik Liu dan saudara lelakinya dalam bisnis perkabungan. Setiap hari Liu harus bangun sebelum subuh untuk berlatih, dan sering bolos sekolah untuk mendapatkan uang dari pemakaman. Membuatnya menjadi bahan olok-olok murid lainnya.

Wanita 30 tahun bernama Liu Jun-Lin merupakan orang paling terkenal jika bebrbicara soal profesi menagis di acara kematian. Liu Jun-Lin sudah menekuni profesi ini sejak ia masih kecil.


Prosesi Pemakaman
Pemakaman tradisional Taiwan berlangsung rumit, menggabungkan tangis keras keluarga yang ditinggalkan dengan acara hiburan. Liu melakukan keduanya.

Untuk persembahan hiburan, Liu dan kelompoknya, Filial Daughters Band mengenakan kostum cerah dan menampilkan sejumlah tarian akrobatik. Dari split sampai jungkir balik. Saudara lelakinya, A Ji, bertugas memainkan instrumen musik tradisional.

Kemudian, Liu akan mengganti kostum dengan jubah dan kerudung putih, merangkak perlahan ke peti mati. Lalu tiba saatnya saudara lelakinya memainkan organ bernada sedih, Liu lantas meratap, terdengar mirip nyanyian bercampur tangis.

Namun saat ditanya bagaimana ia berhasil memproduksi air mata, Liu bersikukuh tangisnya tulus. "Di tiap pemakaman, kau harus menganggap mereka yang berduka adalah keluargamu sendiri, jadi tak perlu banyak energi untuk melakukannya," kata dia. "Saat aku melihat banyak orang berduka, perasaanku menjadi sedih."


"Kadang-kadang sebelum kita memulai pekerjaan, wajah keluarga yang berduka tampak masam memandang kami," kata Liu. "Namun setelah kami melakukan tugas, mereka akan mengucapkan terimakasih sambil menangis."

Saat itulah Liu menyadari tujuan sebenarnya dari pekerjaannya. "Pekerjaan ini bisa membantu orang melepaskan kemarahan mereka, atau membantu mereka mengatakan hal-hal yang takut untuk mereka katakan dengan keras," katanya.

Dengan profesinya ini Liu berhasil mengangkat perekonomian keluarganya dari kemiskinan. Sekali tampil kelompoknya dibayar lebih dari US$ 600 atau Rp 5,8 juta.

(Pu/)





0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis